Umumnya anak usia batita hobi main air. Ia masih dikuasai
rasa ingin tahu atau keinginan bereksplorasi, termasuk terhadap air. Meski ada
juga yang takut terhadap air karena pernah mengalami pengalaman tak
menyenangkan dengan material ini. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang justru
membentengi rasa ingin tahu anak terhadap air dengan banyak melarang. Semisal
jangan mandi lama-lama, enggak boleh main hujan-hujanan atau becek-becekan, dan
sejenisnya.
Padahal menurut Tari, manfaat bermain air itu sendiri cukup
banyak. Selain bisa merasakan adanya sensasi yang menyenangkan, mengapa tidak
dioptimalkan dengan mengarahkan anak untuk mencintai dunia ilmu pengetahuan?
Fasilitasi rasa ingin tahunya dan kegemarannya bermain air dengan menghadirkan
wadah dalam berbagai bentuk dan ukuran. Mencampur air dengan cat air, pasir,
atau tepung akan membantu anak menemukan banyak hal baru mengenai berat jenis,
volume, perubahan bentuk, warna, dan sebagainya.
Gorong-gorong/Terowongan
Karena suasana yang dihadirkannya amat berbeda,
gorong-gorong memberi sensasi tersendiri sebagai sarana bermain bagi anak. Saat
berada didalamnya anak mendapati suasana yang agak gelap, sempit, lebih dingin
dan membuat suaranya bergema. Anak pun belum bisa menerka-nerka apa yang bakal
ditemuinya di depan sana, di setiap belokan ataupun di mulut gorong-gorong.
Latihan semacam ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam
hal antisipasi. Selain melatihnya mengatasi rasa takut saat menghadapi suasana
berbeda. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi anak yang ujung-ujungnya
akan mengasah kemampuan beradaptasi.
Jala/Jaring
Saat manapaki jala/jaring, sensasi ketinggian juga akan
didapat anak sebagai salah satu manfaat. Manfaat lainnya adalah mengasah
ketrampilan motorik, rasa percaya diri, keberanian, maupun keseimbangan dan
koordinasi tubuh.
Tumpangan Bergoyang
Bentuknya bisa bermacam-macam, dari pesawat terbang, tokoh
film kartun, mobil, motor, hewan, atau apa saja. Namun menurut Tari, keinginan
batita mencoba permainan ini lebih karena ketertarikannya pada aneka bentuk
yang ada. Sementara dari segi manfaatnya nyaris tidak ada, selain sensasi saat
mainan bergoyang ke kiri dan kanan atau ke depan dan belakang secara teratur
saat dimasukkan koin.
Guna membantu orang tua memilihkan arena bermain yang baik
bagi anaknya, Tari memberikan beberapa saran berikut:
Tips Memilih Arena Bermain
Jangan pernah memilih arena bermain yang sarananya
sudah dipenuhi debu dan ditumbuhi jamur, lumut, apalagi sampai menimbulkan bau
tak sedap. ”Sebagai konsumen, kita berhak bertanya kepada pihak pengelola
mengenai sistem perawatan arena bermain tersebut.”
Utamakan Kebersihan
Tari menyayangkan banyaknya pengelola/pemilik arena
bermain, baik outdoor maupun indoor, yang mengabaikan sisi perawatan dan
kebersihan. Padahal biasanya keteledoran semacam ini yang menjadikan tempat
bermain umum tidak layak lagi dipergunakan bagi anak.
Idealnya, setelah sekian jam digunakan atau dimanfaatkan
oleh sejumlah anak, setiap mainan harus dibersihkan. Bahkan untuk meminimalkan
peluang penularan penyakit tertentu, mainan juga harus dibersihkan secara
berkala menggunakan bahan pembersih yang bisa membunuh jamur, bakteri, dan
kuman.
Pastikan
keamanan setiap lekuk dan sudut sarana di tempat bermain yang akan digunakan
dapat diandalkan. Jika kira-kira membahayakan, lebih baik urungkan saja niat
mengajak main batita di tempat tersebut. Begitu juga materi yang mendominasi
arena bermain itu. Amati aspek lunak-kerasnya, licin atau tidak dan tajam atau
tidak semua benda yang ada. Termasuk aman tidaknya cat yang digunakan.
Perhatikan Keamanan
Mengapa hal-hal kecil tadi perlu diperhatikan
baik-baik? Tak lain karena pengalaman tidak enak kala anak terbentur atau
terluka akan jauh lebih ”dirasa” daripada manfaat permainan itu sendiri. Sayang
sekali ‘kan, kalau karena pernah cedera anak jadi tak mau mencoba permainan
ini-itu atau tidak lagi terangsang melakukan berbagai eksplorasi hingga
potensi/kemampuan anak jadi tidak terasah.
Kolam mandi bola, contohnya, untuk anak batita idealnya
harus dipisahkan dari kolam serupa untuk anak prasekolah. Mengapa? Sebagian
batita, terutama batita awal usia 1-2 tahun, masih berada di fase oral. Inilah
yang membuat mereka seringkali memasukkan bola-bola tersebut ke dalam mulutnya.
Pertimbangan lain, perkembangan motorik membuat anak
prasekolah cenderung ”rusuh” dengan melompat dan meloncat atau terjun bebas
tanpa memperhatikan ada atau tidak orang lain yang mungkin bakal celaka dengan
ulahnya. Di sinilah pentingnya orang tua menyeleksi arena bermain seperti apa
yang dianggapnya layak.
Pilihlah sarana bermain yang merangsang pergerakan otot batita, baik otot-otot
kaki, tangan, maupun seluruh bagian tubuhnya. Jangan lupa perhatikan juga
kesesuaian bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitan masing-masing permainan
tersebut. Balok keseimbangan, contohnya, pilihkan yang baloknya relatif lebar
dan goyangannya tidak menghentak-hentak. Sedangkan untuk perosotan idealnya
dilengkapi dengan matras atau ”bantalan” pasir yang bisa meredam benturan saat
anak mendarat. Lalu untuk permainan gorong-gorong, pilihkan yang jalan
keluarnya langsung bisa ditemukan anak dengan panjang yang terjangkau.
Cermati
Aspek Kesesuaian
Tinggalkan arena bermain yang sudah penuh sesak. Dalam
kondisi semacam itu jangan harap anak bisa memetik manfaat dari aktivitas
bermainnya. Begitu juga jika melihat antrian yang amat panjang hingga harus
menunggu cukup lama untuk mendapat giliran. Bisa-bisa si batita bete duluan
sebelum bermain. Padahal salah satu unsur penting bagi anak batita adalah
pengalaman yang menyenangkan. Nah, kalau dia sampai terlalu lama menunggu,
kalah berebut kesempatan dengan anak yang lebih besar, tentu saja permainan
tersebut akan menjadi pengalaman tidak menyenangkan buat si batita. Meski di
usia ini anak juga harus mulai diperkenalkan pada konsep berbagi, tapi tentu
bukan dengan cara-cara seperti ini.
Kuota/Kapasitas
Yang dimaksudkan di sini adalah kualitas petugas atau kakak-kakak pendamping
yang ada di lokasi arena bermain. Ini sangat perlu mengingat mereka harus
menjaga, membimbing, dan mengarahkan anak bagaimana harusnya bermain dengan
baik dan benar. Jika semua aturan main bisa dipatuhi, bukan cuma keselamatan
dan kenyamanan bermain yang didapat anak, tapi juga manfaat lain. Semisal,
”O…begini toh caranya menjaga keseimbangan di jalan yang licin.” Atau, ”Supaya
bonekanya enggak gampang hancur, aku mesti mencampur tepung ini dengan air.”
Kualitas
SDM
Tentu saja agar bisa memainkan perannya sebagai
pendamping, jumlah SDM yang bertugas harus sesuai dengan kapasitas arena
permainan itu sendiri. Jangan sampai satu penjaga harus mengawasi 10 anak yang
sedang asyik bermain, contohnya.